Efek Heterogenitas Sosial-Ekonomi dalam Meningkatkan Peluang Socio-Entrepreneurship di Indonesia
Keywords:
Socio-Entrepreneurship, Gini Ratio, Unemployment, Panel Data, HeterogeneityAbstract
Penelitian ini mengkaji dampak heterogenitas sosial ekonomi terhadap peluang kewirausahaan sosial di Indonesia, dengan fokus pada variabel-variabel seperti rasio Gini, jumlah penduduk miskin, tingkat pengangguran terbuka, persentase penduduk miskin, pengeluaran per kapita, dan prevalensi ketidakcukupan konsumsi pangan. Topik ini penting karena kewirausahaan sosial berpotensi mengatasi kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan; namun, perkembangannya di Indonesia bervariasi di berbagai daerah. Penelitian ini mengkaji bagaimana perbedaan indikator sosial ekonomi antarprovinsi memengaruhi peluang kewirausahaan sosial, dengan menjawab pertanyaan utama: Bagaimana variabel-variabel sosial ekonomi ini memengaruhi prospek kewirausahaan sosial di setiap provinsi? Penelitian ini memperkenalkan analisis multidimensi yang mengintegrasikan dinamika konsumsi, pendapatan, dan tenaga kerja dalam membentuk peluang kewirausahaan sosial, dengan mempertimbangkan heterogenitas regional. Penelitian sebelumnya belum secara komprehensif mengeksplorasi efek simultan dari variabel-variabel ini di Indonesia. Dengan menggunakan regresi data panel, penelitian ini menganalisis pengaruh enam variabel sosial ekonomi terhadap kewirausahaan sosial, yang diukur dari jumlah pekerja industri mikro dan kecil di seluruh provinsi Indonesia dari tahun 2013 hingga 2023. Model efek tetap digunakan untuk menangkap perbedaan antarprovinsi. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa meskipun variabel sosial ekonomi tidak signifikan secara individual, secara kolektif variabel tersebut memberikan dampak signifikan terhadap peluang kewirausahaan sosial, dengan variasi regional yang nyata. Peluang kewirausahaan sosial dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara ketimpangan pendapatan, kemiskinan, pengangguran, dan perbedaan konsumsi di seluruh wilayah. Kebijakan perlu disesuaikan dengan kebutuhan daerah, terutama di daerah tertinggal, untuk meningkatkan infrastruktur dan akses ke modal.



